PON-PES ROUDHOTUL QUR'AN SIRAU: Kegiatan-Kegiatan PPRQ

Kegiatan-Kegiatan PPRQ

Diposting oleh Pondok Pesantren Roudhotul Qur'an di 07.46

Tenaga pengajar di PPRQ memberdayakan alumni yang kapasitas keilmuannya dapat dipertanggung jawabkan dan kompeten. Saat ini ada sekitar 15 ustadz dan ustadzah yang mengajar santri sesuai dengan bidangnya masing-masing dan fungsinya membantu pengasuh. Di pesantren ini kelas tahfidz (menghafal al-Qur'an) diajar langsung oleh Ibu Nyai, sementara pengajian kitab-kitab diampu oleh Romo Kyiai Attabik. Disamping diajarkan ilmu-ilmu agama, pesantren ini juga mengajarkan berbagai ketrampilan lain (extra kulikuler) seperti kursus bahasa inggris, menjahit, komputer, dan juga tata boga. Berbagai ketrampilan yang mereka dapatkan selama di pesantren diharapkan dapat membantu santri ketika lulus dan kembali ke masyarakat. Jangan sampai alumni dari PPRQ menjadi benalu yang selalu menggantungkan hidupnya dari kehidupan orang lain.

Dipesantren ini semua kegiatan belajar dimulai setelah sholat subuh, ngaji (belajar) al-Qur'an dan gramatika bahasa Arab menjadi menu pembuka bagi santri sampai sebelum masuk jam sekolah. Bagi santri yang tidak sekolah, kegiatan mereka diteruskan dengan persiapan untuk mengikuti kelas tahfidz al-Qur'an sampai dengan siang. Selepas dhuhur merupakan waktu istirahat untuk semua santri sampai saat adzan ashar berkumandang. Ba'da (setelah) ashar semua kembali ngaji al-Qur'an sesuai kelas masing-masing sampai menjelang maghrib. Sehabis maghrib sampai pukul 21.00 WIB semua santri harus mengikuti program diniyah lailiyah (sekolah malam) yang diselingi sholat isya tentunya. Selesai Diniyah Lailiyah ada lah jam belajar (muthola'ah) semua pelajaran yang mereka dapat baik di sekolah maupun di pondok hingga pukul 22.00 WIB dan setelah itu diteruskan dengan istirahat. Meski masih berumur muda, PPRQ telah menorehkan banyak prestasi dan membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas. Tahun 2000 PPRQ meraih juara II lomba hadroh se Kebupaten Banyumas, juara I MTQ tahun 2006 serta juara II pidato di STAIN Purwokerto.

3 komentar:

Unknown mengatakan...: dgfg
zjdkhs
sdisdj; 11 Juni 2009 pukul 08.34
Unknown mengatakan...: askum pondok putri Q alumni sirau,

iki sapa singngawe blog , tekira

pada gaptek; 11 Juni 2009 pukul 08.36
Unknown mengatakan...: assalamu'alaikum wr.wb
salam sahabat
ehm setelah mengetahui di sini ingin rasanya saya kunjung kesini heheh salam taklim dah saya dah follow biar tahu update terbaru.makasih ya; 12 September 2010 pukul 16.44

Posting Komentar

Subscribe to: Posting Komentar (Atom)

here
google
blogger
technorati

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Roudhotul Qur'an

Pondok Pesantren Putri Roudhotul Qur'an (untuk selanjutnya di sebut dengan PPRQ) didirikan oleh Hj. Badi'ah Munawwir, putri pasangan K.H M. Munawwir dan Ny. Hj. Salimah. Nyai Badi'ah merupakan kakak kandung Hj. Jauharoh Munawwir, istri KH. Mufid Mas'ud. Beliau hijrah ke Banyumas tahun 1956 mengikuti suaminya, KH Fathuddin yang kemudian menjadi anggota DPR Banyumas pada waktu itu. Di Banyumas beliau mengangkat Hj. Nur Sochifah, Putri KH. Mufid Mas'ud yang ke-enam sebagai putri angkatnya karena Hj. Badi'ah tidak berputra. Awalnya Hj. Badi'ah mendirikan PPRQ hanya di atas tanah seluas 30 m2 berupa bangunan kecil di belakang rumah, santri yang mukim waktu itu sekitar enam santri yang kesemuanya berasal dari desa sekitar dan hanya ngaji al-Qur'an. pada tanggal 19 Januari 1986 Hj. Nur Sochifah dijodohkan oleh ayahnya dengan KH. Attabik Yusuf Zuhdi putra dari K. Yusuf Zuhdi. setelah pernikahan tersebut, pengelolaan pesantren Roudhotul Qur'an diserahkan oleh Hj. Badi'ah kepada KH. Attabik YZ dan isterinya. perkembangan pesantren cukup menggembirakan, dari enam santri kemudian berkembang menjadi 30 santri. Tahun 1990 ketika KH. Attabik mendirikan Sekolah Menengah Umum (SMU), pesantren ini benar-benar bangkit menjadi pesantren yang besar dan mapan.

PPRQ berlokasi di Desa Sirau Kecamatan Kemranjen Kebupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Daerah sekitar pesantren ini semula sepi, terpencil dari hiruk pikuk keramaian. Orang harus pergi ke kota yang jaraknya kurang lebih lima kilometer seandainya ingin berbelanja sesuatu dalam jumlah yang agak besar. ketika keberadaan pesantren sudah semakin mapan dan dikenal luas, tirai keterbelakangan masyarakat pun mulai tersibak, transportasi umum menambah Desa Sirau. pada gilirannya aktivitas masyarakat, lebih-lebih aktivitas perekonomian ikut pula terdongkrak. Desa Sirau yang semula mungkin tidak tertera dalam peta kemudian menjadi tujuan orang-orang dari berbagai daerah.

Tahun 1995 adalah tahun berkabung bagi segenap keluarga besar PPRQ, Hj. Badi'ah Munawwir berpulang ke hadirat Allah setelah menjalani perawatan di RS. Sardjito Jogjakarta dan dimakamkan di Dongkelan, menjadi satu dengan makam ayahnya KH. M Munawwir. Sejak saat itu PPRQ sepenuhnya dinahkodai oleh KH. Attabik YZ dan Hj. Nur Sochifah. Pada tahun 2003 santri pesantren ini bertambah menjadi sekitar 150-an santriwati, hal ini tak lepas dari terobosan yang dilakukan oleh KH. Attabik dengan mendirikan SMP Ma'arif NU 2 dan SMK Ma'arif pada tahun 2004. Saat ini (2007) jumlah santri putri tercatat sekitar 290, sedangkan santri putra ada 145 anak. Sementara siswa yang tidak mondok, alias hanya sekolah di lembaga yang dijalankan PPRQ ini mencapai 1500-an anak. Oleh KH. Attabik PPRQ terus diperluas tanahnya menjadi dua hektar dan ditambah beberapa lokal bangunan, ini dikarenakan santri yang mondok di pesantren ini semkin banyak dan bangunan yang ada sudah tidak bisa menampung lagi.